HUBUNGAN
FILSAFAT DENGAN AGAMA
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum
Semester Genap
20014/2015
Disusun Oleh
Kelompok 9/TA.A:
1
|
Rosiana
Anggraini Dewi
|
(210514030)
|
Notulis
|
2
|
Ulfa
Musringatussholikhah
|
(210514031)
|
Pemateri
|
3
|
Mambaul
Muflikah
|
(210514032)
|
Moderator
|
DosenPengampu:
Drs. Waris
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
MEI 2014
KATA
PENGANTAR
Segala
puji hanya untuk Allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang. Sholawat
serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
saw yang kita nantikan syafa’atnya di dunia dan akhirat.
Tiada
kata yang pantas kecuali rasa syukur karena telah selesainya penyusunan makalah
yang berjudul “HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA”, walaupun masih banyak
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Makalah
ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari pembahasan tentang
hubungan filsafat dengan agama. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
memahamkan dan memperlancar pembelajaran.
Dalam
penyusunan makalah ini pada bab satu adalah pendahuluan yang berisi tentang
latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan pembahasan. Bab dua adalah
pembahasan yang berisi tentang pengertian filsafat dengan
agama, hubungan filsafat dengan agama, dan pemaduan filsafat dengan agama. Bab
terakhir berisi kesimpulan.
Penulis
menyadari materi yang dibahas dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan
untuk perbaikan makalah ini. Dengan harapan semoga makalah ini dapat lebih baik
dan bermanfaat bagi pembaca.
Ponorogo, 04 Mei 2015
Penyusun,
Kelompok
9/ TA.A
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………… ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………….. iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang……………………………………………………… 1
B.
Rumusan
Masalah…………………………………………………… 1
C.
Tujuan
Pembahasan…………………………………………………. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat dan Agama…………………………………….. 2
B.
Hubungan
Filsafat dengan Agama…………………………………. 4
C.
Pemaduan
antara Filsafat dengan Agama……………………….. ....
7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan…………………………………………………………...
9
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………….. 11
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Filsafat Islam adalah yang bermuatan keagamaan, namun tidak
magabaikan persoalan-persoalan kefilsafatan. Pengakuan tentang adanya filsafat
islam harus dilihat dari ajaran pokok agamanya. Karena pada hakekatnya jika
tidak ada ilham al-qur’an sebagai sumber dorongan filasafat dalam dunia Islam dalam
arti yang sebenarnya tidak akan pernah ada. Sementara itu peradapan dan pemikiran
bangsa lain hanya sebagai pelengkap dalam mempercepat proses kelahiran semata.
Umat Islam telah berhasil menyusun suatu filsafat yang sejalan dengan prinsip
agama dan kondisi sosial mereka.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian filsafat dan agama?
2.
Apa
hubungan filsafat dengan agama?
3.
Bagaimana
pemaduan antara filsafat dengan agama?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui pengertian filsafat dan agama.
2.
Untuk
mengetahui hubungan filsafat dengan agama.
3.
Untuk
mengetahui pemaduan filsafat dengan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian filsafat
Kata filsafat berasal ddari bahasa Arab Falsafah dan bahasa
Inggrisnya philosophyi. Kata filsafat sendiri berasala dari bahasa
Yunani Philosophia yakni gabungan dari kata “philo” yang artinya cinta
dan “sophos” berarti kebijaksanaan, dengan kata lain filsafat adalah cinta pada
kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan (wisdom). Secara etimologo filsafat
berarti cinta kepada kebijaksaan, kearifan atau pengetahuan (love of wisdom).[1]
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab
masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena
masalah-masalah termasuk diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami (mandalami dan menyelami) secara radikal dan intergal hakikat sarwa
yang ada:
1. Hakikat Tuhan
2. Hakikat alam semesta
3. Hakikat manusia
Agama pada umumnya ialah:
1. Satu sistema credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas
adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia.
2. Satu sistema ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang
dianggap mutlak.
3. Satu sistema normal (tata kaedah) yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan
tata peribadatan termasuk diatas.
Ditinjau dari sumbernya maka agama (tata keagamaan, tata
peribadatan, dan tata aturan) itu dapat dibeda-bedakan atas dua bagian:
Pertama, agama samawi (agama langit, agama wahyu, agama profetis, revealed
religion, Din as-samawi).
Kedua, agama budaya ( agama bumi, agama filsafat, agama ra’yu,
non-revealed religion, natural religion,Din at-Thabi’i, Din al-Ardhi).
Agama islam
ialah:
1. Wahyu yang diturunkan oleh Allah
swt kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang
masa dan setiap persada.
2. Satu sistema keyakinan dan tata ketentuan Ilahi yang mengatur
segala pri-kehidupan dan penghidupan manusia dalam berbagai hubungan, baik
hubungan mnusia dengan Tuhannya, maupun hubungan manusia dngan sesamanya ,
ataupun hubungan manusia dengan alam lainnya (nabati, hewani dan lain
sebagainya.
3. Bertujuan keridhaan Allah, keselamatan dunia dan akhirat serta
rahmat bagi segenap alam.
4. Pada garis besarnya terdiri dari: Akidah, Syahriyah (yang
meliuti ibadah dalam arti khas dan Mu’amalah dalam arti luas) dan Akhlak.
5. Bersumber kitab suci, yaitu kondifikasi wahyu Allah stw untuk
umat manusia diatas planet bumi yaitu al-Qur’anu’l-karim sebagai penyempurna
wahyu-wahyu Allah sebelumnya sejak manusia digelarkan keatas persada buana ini,
yang dilengkapi dan ditafsirkan oleh sunnah Rasulullah saw.[2]
Pengertian filsafat agama adalah
berfikir tentang dasar-dasar agama menurut logika dan bersifat bebas. Objek
yang akan menjadi kajian dalam filsafat agama adalah dasar-dasar agama secara
logis, kritis, dan analitis. Dasar-dasar agama yang dimaksud adalah dasar-dasar
agama secara universal. Kajian tentang agama biasa disebut dengan teologi.
Kajian filsafat agama dalam kontek teologi, terdapat tiga aliran agama yaitu
teologi tradisional: membahas tentang kebenaran atau ketidakbenaran dasar-dasae
agama itu sendiri. Teologi liberal: mengkaji dasar-dasar agama secara liberal,
kritis, dan analitis. Dan teologi natural: teori natural ini tidak berdasarkan
wahyu, akan tetapi lebih pada pandangan akal atau rasio dan penggunaan logika
berfikir.
Demikian sedikit contoh dari
cabang-cabang khusus filsafat yang dapat diuraikan, namun demikian perlu
diketahui bahwa selain cabang-cabang khusus filsafat tersebut, masih banyak
lagi cabang-cabang filsafat yang kadang kala disesuaikan dengan disiplin
keilmuan tertentu atau objek materilanya, misalnya: filsafat sosial, filsafat kebudayaan,
filsafat manusia, filsafat keTuhanan, filsafat biologi, filsafat politik, dan
lain sebagainya. Cabang-cabang filsafat ini dirumuskan oleh pakar sesuai dengan
bidang kajian keilmuannya dengan tujuan untuk lebih memperdalam kajian keilmuan
sedemikian rupa sehingga permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diuraikan
dan dijawab dalam disiplin keilmuannya dapat diuraikan lebih detail dan
mendalam dalam kajian kefilsafatannya.[3]
B.
Hubungan Filsafat dengan Agama
Baik agama maupun filsafat pada dasarnya
mempunyai kesamaan, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai
kebenaran sejati. Agama yang dimaksud disini adalah agama samawi yaitu agama
yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi dan rasulnya. Dibalaik persamaan itu terdapat
perbedaan antara eduanya. Dalam agama ada beberapa hal yang penting, misalnya
Tuhan, kebajikan, baik buruk, surga neraka, dan lain-lain. Hal tersebut
diselidiki oleh filsafat.
Oleh karena itu menyelidiki sesuatu
yang ada dan mungkin ada, dapat saaja agama yang terang ada itu difilsafatkan,
artinya ditinjau secara filsafat. Etika yang menyelidiki tingkah laku manusia
dari sudut baik buruknya tentu sama pula dalam hal-hal keagamaan. Alasan
filsafat untuk menerima kebenaran hanya dari penyelidikan sendiri, yakn hasil
fikiran belaka bukan berarti bahwa filsafat mengingkari adanya kebenaraan lain
atau dalam hal ini adaalah kebenaran agama, filsafat tidak mengingkari atau
mengurangi wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikan pada wahyu. Dalam
filsafat, untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia harus mencarinya sendiri
dengan menggunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan batin.
Sedangkan dalam agama untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia tidak hanya
mencarinya sendiri, melainkan ia harus menerima hal-hal yang diwahyukan Tuhan
dengan kata singkat percaya atau iman.
Walaupun antara kebenaran yang
disajikan oleh agama mungkin serupa dengan kebenaran yang dicapai oleh
filsafat, tetapi agama tidak bisa disamakan dengan filsafat. Perbedaan ini
disebabkan cara pandang yang berbeda, disatu pihak agama mendasarkan diri
kepada kebenaran wahyu (keimanan) dilain pihak filsafat bedasarkan penelitian
yang menggunakan potensi manusiawi ebagai satu-satunya alat ukur kebenran,
yaitu akal manusia.[4]
1. Titik
Persamaan
Filsafat dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan
hal yang sama yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri,
mencari kebenaran tentang alam dan termasuk didalamnya manusia. Filsafat dengan
wataknya sendiri menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang
manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau
diatas jangkauannya) ataupun tentang Tuhan.
2. Titik Perbedaan
Filsafat bersumber dari ra’yu (akal, budi, rasio) manusia.
Sedangkan agama bersumber wahyu dari Allah. Filsafat menghampiri kebenaran
dengan cara menualangkan (menggembarakan atau menggelanakan) akal budi secara radikal
(mengakar) dan integral (menyeluduh) serta universal (mengalam) tidak merasa
terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama
logika. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dalam agama dengan jalan
mempertanyakan masalah asasi dari kitab suci, kodifikasi. Firman ilahi untuk
manusia diatas planet bumi.
Kebenaran
filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara
emperi, riset, dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun filsafat,
kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran bersifat mutlak (absolut),
karena agama adalah wahyu yang
diturunkan oleh Dzat yang Maha Besar., Maha Mutlak dan Maha Sempurna , yaitu
Allah.
3. Titik singgung
Tidak semua masalah
yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan,
karena ilmu terbatas, terutama oleh subyeknya (sang penyelidik), oleh obyeknya
(baik obyek material maupun obyek formalnya) dan juga oleh metodologinya. Tidak
semua masalah yang tidak atau belum terjawab oleh ilmu, lantas dengan
sendirinya dapat dijawab oleh filsafat. Jawaban filsafat sifatnya spekulatif
dan juga alternatif tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat pelbagai
jawaban filsafat (para filosof) sesuai dan sejalan dengan titik tolak sang ahli
filsafat itu. Agama memberi jawaban tentang banyak (berbagai) soal asasi yang
sama sekali tidak terjawab oleh ilmu yang dipertanyakan, namun tidak terjawab
secara bulat oleh filsafat. Pada prinsipnya antara ilmu, filsafat, dan agama
mempunyai hubungan yang erat dan saling terkait antara satu dan lainnya. Di
mana ketiganya memiliki kekuatan daya gerak dan refleksi yang berasal dari
manusia. Dalam diri manusia terdapat daya yang menggerakkan ilmu, filsafat, dan
agama yaitu melalui akal pikir, rasa, dan keyakinan. Akal pikiran manusia
sebagai daya gerak dan berkembangnya ilmu dan filsafat. Sedangkan keyakinan
menjadi daya gerak agama. Ilmu diperoleh melalui akal pikiran manusia dari
pengalaman (empiris) dan indera (riset). Filsafat mendasarkan pada otoritas
akal murni secara bebas, sedangkan agama mendasarkan diri pada otoritas wahyu.[5]
C. Pemaduan
Filsafat dengan Agama
Salah satu usaha al-kindi
memperkenalkan filsafat kedalam dunia islam dengan cara mengetuk hati umat
supaya menerima kebenaran walaupun dari mana sumbernya. Menurutnya manusia
tidak pada tempatnya malu mengakui kebenaran dari mana saja sumbernya. Bagi
mereka yang mengakui kebenaran tidak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya
selain kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremehkan dan merendahkan
martabat orang yang menerimanya.
Telah dipaparkan bahwa Al-Kindi
orang Islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan atau keselarasan
antara filsafat dan agama atau antara akal dan wahyu. Menurutnya antara
keduanya tidaklah bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu tentang
kebenaran. Sedangkan kebenaran itu adalah satu atau tidak banyak. Ilmu filsafat meliputi ketuhanan, ke
Esaaan-Nya dan keutamaan serta ilmu-ilmu selain yang mengajarkan bagaimana
jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang madharat.
Hal seperti ini juga dibawa oleh para Rasul Allah, dan juga mereka menetapkan
ke-Esaan Allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-Nya.
Dalam usaha pemanduannya ini, Al-Kindi
juga membawakan ayat-ayat al-Qur’an. Menurutnya menerima dan mempelajari
filsafat sejalan dengan anjuran al-Qur’an yang memerintahkan pemeluknya untuk
meneliti dan membahas segala fenomena dialam semesta ini. Diantara ayat-ayatnya
adalah surat al-Nasyr {59}:2
...فاعتبروا يا ا ولى الابصار
..............Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai
orang-orang yang mempunyai pandangan.
Dengan demikian, Al-Kindi telah membuka pintu bagi penafsiran
filosofis terhadap al-Qur’an, sehingga menghasilkan persesuaian antara wahyu
dan akal dan antara filsafat dan agama. [6]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengertian Filsafat dan Agama
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang
mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan
biasa, karena masalah-masalah termasuk diluar atau diatas jangkaauan ilmu
pengetahuan biasa. Sedangakan agama adalah Satu sistema credo (tata keimanan
atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia.
2.
Hubungan Filsafat dengan Agama
a.
Titik
persamaan
Antara filsafat
dan agama sama-sama mencari kebenaran yang hakiki.
b.
Titik
perbedaan
Filsafat
bersumber dari ra’yu (akal, budi, rasio) manusia. Sedangkan agama bersumber
wahyu dari Allah. Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang
tidak dapat dibuktikan secara emperi, riset, dan eksperimental), Sedangkan
kebenaran bersifat mutlak (absolut), karena agama adalah wahyu yang diturunkan oleh Dzat yang
Maha Besar.
c.
Titik
singgung
Bagi seorang
filsuf, al-Qur’an merupakan Buku mengenai berbagai masalah asasi yang menjadi
bahan perbincangan filsafat dari masa ke masa, agama (al-Qur’an) memberikan
dorongan (motif), mengerahkan dan tujuan kepada ilmu (dan filsafat).
3. Pemaduan antara filsafat dengan agama
Menurut al-Kindi antara filsafat dengan agama
tidaklah bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu tentang
kebenaran. Sedangkan kebenaran itu adalah satu atau tidak banyak. Ilmu filsafat meliputi ketuhanan, ke
Esaaan-Nya dan keutamaan serta ilmu-ilmu selain yang mengajarkan bagaimana
jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang
madharat. Hal seperti ini juga dibawa oleh para Rasul Allah, dan juga mereka
menetapkan ke Esaan Allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu Filsafat dan Agama.
Surabaya: PT Bina Ilmu. 1987.
Warsito, Loeksino Choiril, Pengantar Filsafat. Surabaya:
Sunan Ampel Press. 2011.
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo.
2014.
Nego, Obet Hubungan Filsafat, Ilmu Pengetahuan
dan Agama, http://onego1993.blogspot.com/2013/05/hubungan-antara-filsafat-ilmu.htm, diakses 30 April 2015.
[1]
Loekisno Choiril Warsito dkk, Pengantar Filsafat. (Surabaya: Sunan Ampel
Press,2011), 2.
[2] Endang
Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1987), 171-173.
[5]
Obet Nego, Hubungan
Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama, http://onego1993.blogspot.com/2013/05/hubungan-antara-filsafat-ilmu.htm, diakses 30 April 2015.
[6]
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014), 43-44.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar