Rabu, 13 Mei 2015

Hubungan Filsafat dengan agama



HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum
Semester Genap 20014/2015









Disusun Oleh Kelompok 9/TA.A:

1
Rosiana Anggraini Dewi
(210514030)
Notulis
2
Ulfa Musringatussholikhah
(210514031)
Pemateri
3
Mambaul Muflikah
(210514032)
Moderator



DosenPengampu:
Drs. Waris

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
MEI 2014


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang. Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad saw yang kita nantikan syafa’atnya di dunia dan akhirat.
Tiada kata yang pantas kecuali rasa syukur karena telah selesainya penyusunan makalah yang berjudul “HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA”, walaupun masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam mempelajari pembahasan tentang hubungan filsafat dengan agama. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memahamkan dan memperlancar pembelajaran.
Dalam penyusunan makalah ini pada bab satu adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan pembahasan. Bab dua adalah pembahasan yang berisi tentang pengertian filsafat dengan agama, hubungan filsafat dengan agama, dan pemaduan filsafat dengan agama. Bab terakhir berisi kesimpulan.
Penulis menyadari materi yang dibahas dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan untuk perbaikan makalah ini. Dengan harapan semoga makalah ini dapat lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca.



Ponorogo, 04 Mei 2015
Penyusun,


Kelompok 9/ TA.A
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………   ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………..    iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang………………………………………………………    1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………   1
C.     Tujuan Pembahasan………………………………………………….    1
BAB II PEMBAHASAN   
A.    Pengertian Filsafat dan Agama……………………………………..    2
B.     Hubungan Filsafat dengan Agama………………………………….    4
C.     Pemaduan antara Filsafat dengan Agama……………………….. ....    7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………………………………………………... 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..  11
















BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Filsafat Islam adalah yang bermuatan keagamaan, namun tidak magabaikan persoalan-persoalan kefilsafatan. Pengakuan tentang adanya filsafat islam harus dilihat dari ajaran pokok agamanya. Karena pada hakekatnya jika tidak ada ilham al-qur’an sebagai sumber dorongan filasafat dalam dunia Islam dalam arti yang sebenarnya tidak akan pernah ada. Sementara itu peradapan dan pemikiran bangsa lain hanya sebagai pelengkap dalam mempercepat proses kelahiran semata. Umat Islam telah berhasil menyusun suatu filsafat yang sejalan dengan prinsip agama dan kondisi sosial mereka.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian filsafat dan agama?
2.      Apa hubungan filsafat dengan agama?
3.      Bagaimana pemaduan antara filsafat dengan agama?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian filsafat dan agama.
2.      Untuk mengetahui hubungan filsafat dengan agama.
3.      Untuk mengetahui pemaduan filsafat dengan agama.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian filsafat
Kata filsafat berasal ddari bahasa Arab Falsafah dan bahasa Inggrisnya philosophyi. Kata filsafat sendiri berasala dari bahasa Yunani Philosophia yakni gabungan dari kata “philo” yang artinya cinta dan “sophos” berarti kebijaksanaan, dengan kata lain filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan (wisdom). Secara etimologo filsafat berarti cinta kepada kebijaksaan, kearifan atau pengetahuan (love of wisdom).[1]
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termasuk diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mandalami dan menyelami) secara radikal dan intergal hakikat sarwa yang ada:
1. Hakikat Tuhan
2. Hakikat alam semesta
3. Hakikat manusia
Agama pada umumnya ialah:
1. Satu sistema credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia.
2. Satu sistema ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggap mutlak.
3. Satu sistema normal (tata kaedah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termasuk diatas.
Ditinjau dari sumbernya maka agama (tata keagamaan, tata peribadatan, dan tata aturan) itu dapat dibeda-bedakan atas dua bagian:
Pertama, agama samawi (agama langit, agama wahyu, agama profetis, revealed religion, Din as-samawi).
Kedua, agama budaya ( agama bumi, agama filsafat, agama ra’yu, non-revealed religion, natural religion,Din at-Thabi’i, Din al-Ardhi).
Agama islam ialah:
1. Wahyu yang diturunkan oleh Allah swt kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.
2. Satu sistema keyakinan dan tata ketentuan Ilahi yang mengatur segala pri-kehidupan dan penghidupan manusia dalam berbagai hubungan, baik hubungan mnusia dengan Tuhannya, maupun hubungan manusia dngan sesamanya , ataupun hubungan manusia dengan alam lainnya (nabati, hewani dan lain sebagainya.
3. Bertujuan keridhaan Allah, keselamatan dunia dan akhirat serta rahmat bagi segenap alam.
4. Pada garis besarnya terdiri dari: Akidah, Syahriyah (yang meliuti ibadah dalam arti khas dan Mu’amalah dalam arti luas) dan Akhlak.
5. Bersumber kitab suci, yaitu kondifikasi wahyu Allah stw untuk umat manusia diatas planet bumi yaitu al-Qur’anu’l-karim sebagai penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya sejak manusia digelarkan keatas persada buana ini, yang dilengkapi dan ditafsirkan oleh sunnah Rasulullah saw.[2]
Pengertian filsafat agama adalah berfikir tentang dasar-dasar agama menurut logika dan bersifat bebas. Objek yang akan menjadi kajian dalam filsafat agama adalah dasar-dasar agama secara logis, kritis, dan analitis. Dasar-dasar agama yang dimaksud adalah dasar-dasar agama secara universal. Kajian tentang agama biasa disebut dengan teologi. Kajian filsafat agama dalam kontek teologi, terdapat tiga aliran agama yaitu teologi tradisional: membahas tentang kebenaran atau ketidakbenaran dasar-dasae agama itu sendiri. Teologi liberal: mengkaji dasar-dasar agama secara liberal, kritis, dan analitis. Dan teologi natural: teori natural ini tidak berdasarkan wahyu, akan tetapi lebih pada pandangan akal atau rasio dan penggunaan logika berfikir.
Demikian sedikit contoh dari cabang-cabang khusus filsafat yang dapat diuraikan, namun demikian perlu diketahui bahwa selain cabang-cabang khusus filsafat tersebut, masih banyak lagi cabang-cabang filsafat yang kadang kala disesuaikan dengan disiplin keilmuan tertentu atau objek materilanya, misalnya: filsafat sosial, filsafat kebudayaan, filsafat manusia, filsafat keTuhanan, filsafat biologi, filsafat politik, dan lain sebagainya. Cabang-cabang filsafat ini dirumuskan oleh pakar sesuai dengan bidang kajian keilmuannya dengan tujuan untuk lebih memperdalam kajian keilmuan sedemikian rupa sehingga permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diuraikan dan dijawab dalam disiplin keilmuannya dapat diuraikan lebih detail dan mendalam dalam kajian kefilsafatannya.[3]

B.     Hubungan Filsafat dengan Agama
Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran sejati. Agama yang dimaksud disini adalah agama samawi yaitu agama yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi dan rasulnya. Dibalaik persamaan itu terdapat perbedaan antara eduanya. Dalam agama ada beberapa hal yang penting, misalnya Tuhan, kebajikan, baik buruk, surga neraka, dan lain-lain. Hal tersebut diselidiki oleh filsafat.
Oleh karena itu menyelidiki sesuatu yang ada dan mungkin ada, dapat saaja agama yang terang ada itu difilsafatkan, artinya ditinjau secara filsafat. Etika yang menyelidiki tingkah laku manusia dari sudut baik buruknya tentu sama pula dalam hal-hal keagamaan. Alasan filsafat untuk menerima kebenaran hanya dari penyelidikan sendiri, yakn hasil fikiran belaka bukan berarti bahwa filsafat mengingkari adanya kebenaraan lain atau dalam hal ini adaalah kebenaran agama, filsafat tidak mengingkari atau mengurangi wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikan pada wahyu. Dalam filsafat, untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia harus mencarinya sendiri dengan menggunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan batin. Sedangkan dalam agama untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia tidak hanya mencarinya sendiri, melainkan ia harus menerima hal-hal yang diwahyukan Tuhan dengan kata singkat percaya atau iman.
Walaupun antara kebenaran yang disajikan oleh agama mungkin serupa dengan kebenaran yang dicapai oleh filsafat, tetapi agama tidak bisa disamakan dengan filsafat. Perbedaan ini disebabkan cara pandang yang berbeda, disatu pihak agama mendasarkan diri kepada kebenaran wahyu (keimanan) dilain pihak filsafat bedasarkan penelitian yang menggunakan potensi manusiawi ebagai satu-satunya alat ukur kebenran, yaitu akal manusia.[4]
1. Titik Persamaan
Filsafat dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk didalamnya manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau diatas jangkauannya) ataupun tentang Tuhan.
2. Titik Perbedaan
Filsafat bersumber dari ra’yu (akal, budi, rasio) manusia. Sedangkan agama bersumber wahyu dari Allah. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan (menggembarakan atau  menggelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluduh) serta universal (mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dalam agama dengan jalan mempertanyakan masalah asasi dari kitab suci, kodifikasi. Firman ilahi untuk manusia diatas planet bumi.
Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara emperi, riset, dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun filsafat, kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran bersifat mutlak (absolut), karena agama  adalah wahyu yang diturunkan oleh Dzat yang Maha Besar., Maha Mutlak dan Maha Sempurna , yaitu Allah.  
3. Titik singgung
Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu terbatas, terutama oleh subyeknya (sang penyelidik), oleh obyeknya (baik obyek material maupun obyek formalnya) dan juga oleh metodologinya. Tidak semua masalah yang tidak atau belum terjawab oleh ilmu, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh filsafat. Jawaban filsafat sifatnya spekulatif dan juga alternatif tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat pelbagai jawaban filsafat (para filosof) sesuai dan sejalan dengan titik tolak sang ahli filsafat itu. Agama memberi jawaban tentang banyak (berbagai) soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu yang dipertanyakan, namun tidak terjawab secara bulat oleh filsafat. Pada prinsipnya antara ilmu, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang erat dan saling terkait antara satu dan lainnya. Di mana ketiganya memiliki kekuatan daya gerak dan refleksi yang berasal dari manusia. Dalam diri manusia terdapat daya yang menggerakkan ilmu, filsafat, dan agama yaitu melalui akal pikir, rasa, dan keyakinan. Akal pikiran manusia sebagai daya gerak dan berkembangnya ilmu dan filsafat. Sedangkan keyakinan menjadi daya gerak agama. Ilmu diperoleh melalui akal pikiran manusia dari pengalaman (empiris) dan indera (riset). Filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni secara bebas, sedangkan agama mendasarkan diri pada otoritas wahyu.[5]

C. Pemaduan Filsafat dengan Agama
Salah satu usaha al-kindi memperkenalkan filsafat kedalam dunia islam dengan cara mengetuk hati umat supaya menerima kebenaran walaupun dari mana sumbernya. Menurutnya manusia tidak pada tempatnya malu mengakui kebenaran dari mana saja sumbernya. Bagi mereka yang mengakui kebenaran tidak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya selain kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremehkan dan merendahkan martabat orang yang menerimanya.
Telah dipaparkan bahwa Al-Kindi orang Islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan agama atau antara akal dan wahyu. Menurutnya antara keduanya tidaklah bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu tentang kebenaran. Sedangkan kebenaran itu adalah satu atau tidak banyak.  Ilmu filsafat meliputi ketuhanan, ke Esaaan-Nya dan keutamaan serta ilmu-ilmu selain yang mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang madharat. Hal seperti ini juga dibawa oleh para Rasul Allah, dan juga mereka menetapkan ke-Esaan Allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-Nya.
Dalam usaha pemanduannya ini, Al-Kindi juga membawakan ayat-ayat al-Qur’an. Menurutnya menerima dan mempelajari filsafat sejalan dengan anjuran al-Qur’an yang memerintahkan pemeluknya untuk meneliti dan membahas segala fenomena dialam semesta ini. Diantara ayat-ayatnya adalah surat al-Nasyr {59}:2
  ...فاعتبروا يا ا ولى الابصار
..............Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.
Dengan demikian, Al-Kindi telah membuka pintu bagi penafsiran filosofis terhadap al-Qur’an, sehingga menghasilkan persesuaian antara wahyu dan akal dan antara filsafat dan agama. [6]
                       






















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.   Pengertian Filsafat dan Agama
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termasuk diluar atau diatas jangkaauan ilmu pengetahuan biasa. Sedangakan agama adalah Satu sistema credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia.
2.      Hubungan Filsafat dengan Agama
a.       Titik persamaan
Antara filsafat dan agama sama-sama mencari kebenaran yang hakiki.
b.      Titik perbedaan
Filsafat bersumber dari ra’yu (akal, budi, rasio) manusia. Sedangkan agama bersumber wahyu dari Allah. Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara emperi, riset, dan eksperimental), Sedangkan kebenaran bersifat mutlak (absolut), karena agama  adalah wahyu yang diturunkan oleh Dzat yang Maha Besar.
c.       Titik singgung
Bagi seorang filsuf, al-Qur’an merupakan Buku mengenai berbagai masalah asasi yang menjadi bahan perbincangan filsafat dari masa ke masa, agama (al-Qur’an) memberikan dorongan (motif), mengerahkan dan tujuan kepada ilmu (dan filsafat).
3. Pemaduan antara filsafat dengan agama
 Menurut al-Kindi antara filsafat dengan agama tidaklah bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu tentang kebenaran. Sedangkan kebenaran itu adalah satu atau tidak banyak.  Ilmu filsafat meliputi ketuhanan, ke Esaaan-Nya dan keutamaan serta ilmu-ilmu selain yang mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang madharat. Hal seperti ini juga dibawa oleh para Rasul Allah, dan juga mereka menetapkan ke Esaan Allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-Nya.


























DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: PT Bina Ilmu. 1987.
Warsito, Loeksino Choiril, Pengantar Filsafat. Surabaya: Sunan Ampel Press. 2011.
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2014.
Nego,  Obet Hubungan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama, http://onego1993.blogspot.com/2013/05/hubungan-antara-filsafat-ilmu.htm, diakses 30 April 2015.



[1] Loekisno Choiril Warsito dkk, Pengantar Filsafat. (Surabaya: Sunan Ampel Press,2011), 2.
[2] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987), 171-173.
[3] Ibid, 104-105.
[4] Ibid, 63-65.
[5] Obet Nego, Hubungan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama, http://onego1993.blogspot.com/2013/05/hubungan-antara-filsafat-ilmu.htm, diakses 30 April 2015.
[6] Sirajuddin Zar, Filsafat Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 43-44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar